BINGAR.ID – Pandemi Covid-19 membuat setiap orang memberi prioritas utama pada dirinya sendiri. Namun, sikap tersebut malah menjadi bumerang bagi umat manusia.
Menurut studi terbaru yang diterbitkan di Resuscitation Plus, orang-orang sekarang kurang bersedia memberikan resusitasi kardiopulmoner (CPR) pada individu yang mengalami serangan jantung karena takut terpapar Covid-19.
Fakta ini dibuktikan dalam studi survei terhadap 1.360 orang di 26 negara secara online. Mereka semua ditanya apakah akan melakukan intervensi jika ada orang asing meninggal di depan umum, dalam skala dari 1 hingga 100.
Baca juga: Hari Jantung Sedunia, Waspadai Penyakit Gagal Jantung Permanen
Dibandingkan dengan tanggapan yang diambil sebelum pandemi, 19,5 persen ternyata lebih sedikit orang yang saat ini bersedia melakukan resusitasi mulut ke mulut dan 14,3 persen lebih sedikit yang mengatakan akan melakukan kompresi dada.
“Banyak yang takut untuk mendekati orang asing, dengan jumlah orang yang bersedia memberi pertolongan turun sebesar 10,7 persen. Lalu, jumlah orang yang akan menggunakan defibrilator jika tersedia pun turun sebesar 4,8 persen,” lapor studi tersebut, dikutip dari New York Post.
Baca juga: 7 Biji-bijian yang Baik Dikonsumsi Untuk Cegah Penyakit
Para peneliti mencatat bahwa temuan studi ini begitu mengecewakan. Temuan ini pun mirip dengan jejak pendapat sebelumnya yang menemukan fakta bahwa orang asing takut memberikan pertolongan CPR pada wanita karena takut dituduh melakukan pelecehan seksual.
Menurut American Heart Association, CPR sendiri merupakan prosedur penyelamatan jiwa sederhana yang dapat melipatgandakan peluang pasien selamat dari kematian akibat serangan jantung.
Baca juga: 4 Rekomendasi Jus untuk Meningkatkan Imunitas Penangkal Covid-19
Dikatakan lembaga itu juga bahwa setiap tahun lebih dari 350.000 orang Amerika menderita serangan jantung saat tidak dirawat di rumah sakit. Sementara itu, 45 persen dari mereka bertahan karena mendapat pertolongan CPR.
“Ketakutan yang mencegah orang untuk memberikan CPR mungkin tidak berdasar, karena belum ada penelitian yang secara spesifik menghubungkan kontraksi Covid-19 dengan CPR,” tutup laporan tersebut. (Ahmad/Red)