BINGAR.ID – Gempabumi yang mengguncang Sukabumi pada Selasa (10/3/2020) petang dengan kekuatan magnitudo 5,1, termasuk gempa tipe II, dimana gempa diawali dengan gempa pendahuluan, selanjutnya terjadi gempa utama, dan kemudian diikuti gempa susulan.
Sebelum terjadi gempa utama (main shock) pada pukul 17.18.04 WIB, didahului aktivitas gempa pendahuluan (foreshock) dengan magnitudo magnitudo 3,1 pukul 17.09 WIB. Setelah terjadi gempa utama, selanjutnya diikuti gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo 2,4 pada pukul 18.06 WIB.
Baca juga: Gempa Sukabumi Dipicu Sesar Aktif
“Ada beberapa pembelajaran yang dapat diambil dari kasus gempa Sukabumi ini. Pertama, di wilayah Indonesia ternyata masih banyak sebaran sesar aktif yang belum teridentifikasi dan terpetakan strukturnya dengan baik. Identifikasi dan pemetaan sesar aktif ini sangat penting untuk kajian mitigasi dan perencanaan wilayah,” ungkap Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono dalam siaran pers yang diterima Bingar.id, Rabu (11/3/2020).
Kedua kata dia, adalah mewujudkan bangunan tahan gempa. Hal itu penting karena banyaknya korban sebenarnya bukan disebabkan oleh gempa, tetapi timbul korban akibat bangunan roboh dan menimpa penghuninya.
Membuat bangunan rumah tembok asal bangun tanpa besi tulangan atau dengan besi tulangan dengan kualitas yang tidak standar justru akan menjadikan penghuninya sebagai korban jika terjadi gempa,” terangnya. (Ahmad/Red).