DPR Kritik Program Pemulihan Ekonomi Terdampak Covid-19

Bantuan Keuangan Rp11 Miliar di Dinas Kesehatan Tak Akan Terserap Semua (Foto. Google)

JAKARTA, BINGAR.ID – Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati menilai, program pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan pemerintah seperti ‘tong kosong’ alias belum optimal. Hal ini menyusul keterangan Menkeu tentang kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kembali minus di Kuartal III Tahun 2020.

“Pemerintah harus melakukan optimalisasi ekonomi dalam negeri, sehingga bisa menciptakan ekonomi yang berkeadilan,” kata Anis, Jumat (28/8/2020).

Politisi Fraksi PKS ini juga menyoroti penyerapan anggaran dalam program stimulus untuk ekonomi rakyat yang masih seret.

Anis mengungkapkan, hal ini terlihat dari realisasi anggaran perlindungan sosial yang baru sebesar 38 persen dari alokasi Rp203.9 triliun, kemudian realisasi anggaran Usaha  Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) baru terlaksana 25 persen dari alokasi Rp123.46 triliun, dan realisasi anggaran kesehatan baru terealisasi 7,22 persen dari alokasi Rp87.55 triliun.

“Kondisi ini tentu berdampak buruk bagi perputaran ekonomi negara. Mengingat, salah satu kunci utama untuk mengerek kinerja perekonomian pada Kuartal III adalah konsumsi domestik. Saat ini, daya beli masyarakat menurun. Pemerintah harus mampu untuk mendorong konsumsi rumah tangga sehingga masyarakat melakukan spending. Hal ini akan memberi efek positif bagi terserapnya produk dalam negeri,” paparnya.

Hal yang sama, lanjutnya, terjadi di sektor usaha, korporasi, dan investasi. Penyerapan anggaran untuk insentif dunia usaha baru mencapai 13 persen dari alokasi Rp120.61 triliun.

Sedangkan program pembiayaan korporasi belum terealisasi dari anggaran Rp53.57 triliun. Padahal, menurut Anis, Pemerintah perlu mendorong efektivitas industri manufaktur. Mengingat, sektor manufaktur mampu menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Tak hanya itu, dia juga mencatat belanja-belanja pemerintah belum maksimal. Hal ini nampak dari realisasi anggaran sektor K/L dan pemda yang baru mencapai 6,5 persen dari alokasi Rp106.11 triliun.

Padahal, di saat tingkat konsumsi sedang turun dan investasi rendah, seharusnya belanja pemerintah bisa dioptimalkan sebaik mungkin untuk membantu pemulihan ekonomi nasional.

“Ketika belanja pemerintah tidak bisa optimal, ini akan membawa Indonesia ke jurang resesi di Kuartal III,” ujarnya.

“Saya juga mengingatkan kepada Pemerintah untuk fokus pada pencapaian target-target ekonomi dan pembangunan yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2020-2024, sebagai upaya menghindari kegagalan yang sama pada RPJMN 2015-2019. Terlebih di tengah krisis pandemi Covid-19, rakyat membutuhkan kerja keras pemerintah,” pungkasnya. (Fauzan/Red)

Berita Terkait