LEBAK, BINGAR.ID – Menikmati usia senja bersama keluarga menjadi dambaan setiap manusia. Namun beda halnya yang dialami oleh Ahmad (70) warga Kampung Cikeusik, Desa Malingping Selatan, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak.
Diusianya yang tidak lagi muda Ahmad harus mengalami pahitnya hidup karena diterlantarkan oleh anak-anaknya. Bahkan, dia harus rela tinggal sebatangkara di sebuah gubuk rombeng di Kampung Bingu, Desa Sukaraja, Kecamatan Malingping.
Kondisi gubuk bermaterial kayu itu, hanya beratap rumbia dengan dibungkus dinding yang terbuat dari kain bekas. Sebagian pojok gubuk masih terlihat menganga, karena tidak terlapisi kain. Dibalik atap gubuk terlihat sinar matahari menembus ke dalam gubuk, hal itu menandakan bahwa atap gubuk tersebut menganga.
Ahmad mengaku, sebelumnya memiliki rumah yang berlokasi di Kampung Cikeusik Desa Malingping Selatan. Akan tetapi, tempat tinggal yang dia miliki dijual oleh anaknya. Sehingga dia terpaksa tinggal disana dari 6 bulan lalu.
“Dulu saya tinggal di Kampung Cikeusik Desa Malingping Selatan, disana saya memiliki tempat tinggal yang layak dan keluarga yang utuh. Tapi setelah istri saya meninggal dan rumah saya dijual oleh anak-anak saya yang tinggal diluar kota, saya ditinggalkan sebatangkara, mungkin mereka tidak kasihan sama saya,” cerita Ahmad sambil mengurai air mata, Sabtu (14/03/2020)
Ahmad tidak memiliki pilhan lain, selain tinggal di gubuk bekas menyimpan kayu bakar itu, karena tempat semata wayang miliknya, raib di jual anaknya.
Saat hujan tiba, sebagian badan Ahmad harus kebasahaan karena atap gubuk yang menganga. Selain itu, dia juga harus menahan rasa dingin dari angin yang menyentuh kulit keriputnya setiap malam.
“Saat ini saya memanfaatkan gubug ini untuk dijadikan tempat tinggal karena tidak ada lagi tempat untuk berteduh dan sudah 6 bulan saya tinggal disini. Kalau musim hujan kadang kehujanan dan kedinginan karena atapnya suka bocor dan tidak Ada dinding samping bangunan,” tambahnya.
Di usianya yang sudah renta, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Ahmad untuk menyambung hidup. Bahkan untuk makan saja, Ahmad harus menunggu belas kasihan dari orang lain yang merasa iba terhadapnya.
Awal Mula Tinggal di Gubuk Rombeng
Pemilik Gubuk, Uum menceritakan awal mula Ahmad bisa tinggal di bekas penyimpanan kayu bakar. Pada saat itu, Ahmad datang pada malam hari dengan kondisi baju yang lusuh dan basah, karena cuaca sedang hujan.
Tadinya Ahmad berniat mampir ke tempat Uum untuk sekedar berteduh, namum setelah mendengar cerita Ahmad, Uum merasa kasihan sehingga menjadikan gubuk itu untuk tempat tinggal Ahmad.
“Saya kasihan melihat bapak Ahmad makanya saya suruh tinggal disini,” kata Uum, (Samsul/Red).