PANDEGLANG, BINGAR.ID – Pada bulan September 2024, Kabupaten Pandeglang, Banten kembali mengalami deflasi. Kali ini deflasi Pandeglang secara bulanan atau month-to-month tercatat sebesar 0,37 persen.
Deflasi ini adalah kelima kalinya berturut-turut. Sejak Mei 2024, Pandeglang selalu mengalami deflasi. Bulan Mei deflasi Pandeglang sebesar 1,06 persen, Juni 0,52 persen, Juli 0,30 persen, dan Agustus 0,08 persen.
Baca Juga : Dorong Ekonomi Berkelanjutan Sektor Peternakan dengan “Bekisar Electrinet”
Sementara secara tahunan dari bulan September 2023-September 2024, IHK Pandeglang mencatatkan inflasi sebesar 1,32 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi di bulan sebelumnya yang sebesar 1,72 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Pandeglang, Achmad Widijanto menuturkan, IHK Pandeglang saat ini dinilai tidak dalam kondisi baik. Sebab pemerintah menargetkan inflasi diangka 2,5 persen. Inflasi yang dianggap terkendali bila rendah tidak di bawah 1,5 persen dan tinggi tidak lebih dari 3,5 persen.
Baca Juga : LIKE 2024: PLN Bangun Ekonomi Kerakyatan Lewat Co-Firing Biomassa
“Year-on-year-nya 12 bulan terakhirnya itu sudah mencapai di bawah standar yaitu 1,32 persen. Karena kita lihat 5 bulan terakhir itu kan deflasi terus nih, dari bulan Mei sampai bulan September deflasi. Nah dari situ tentunya justru sebenarnya dalam kondisi tidak baik kalau di bawah standar,” ucapnya, Rabu (2/10/2024).
Widijanto memprediksi, ada dua kemungkinan yang membuat Pandeglang mengalami deflasi. Pertama pasokan bahan makanan yang melimpah namun permintaan sedikit. Atau kemungkinan lainnya yakni rendahnya daya beli masyarakat. Apalagi penyumbang utama deflasi di bulan September lalu adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil -0,19 persen.
“Meskipun harga murah, tapi kalau enggak punya duit tetap saja enggak bisa beli ya. Ini yang harus dikaji lebih dalam di situ. Apakah penurunan 5 bulan berturut-turut ini menggambarkan memang suplainya melimpah atau karena memang permintaannya melemah, turun karena daya belinya rendah,” ujar dia.
Baca Juga : Sofian : Madu Trigona Yang Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi
Widijanto menilai, fenomena deflasi lima bulan berturut-turut ini adalah kejadian yang jarang terjadi. Bahkan ditingkat nasional sekalipun. Padahal biasanya di bulan September, daya beli masyarakat cenderung meningkat karena adanya peringatan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi.
“Secara umum jarang terjadi (deflasi lima bulan berturut-turut, red). Tapi biasanya bulan yang didalamnya ada kegiatan keagamaan, inflasinya naik. Biasanya yang jual cabai lebih mahal. Justru cabai merah, rawit, telur, dan tomat pada bulan September pada turun,” terangnya.
Widijanto menyarankan pemerintah untuk memberi stimulus kepada masyarakat agar meningkatkan daya beli. Karena bila kondisi ini terus terjadi, maka akan memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Pandeglang secara umum.
“Memang harus disikapi lebih dalam faktor apa yang jadi penyebabnya. Karena kalau harga bahan pokok mahal biasanya ada operasi pasar. Tapi kalau harga pada turun, apa yang mau dilakukan operasi pasar? Ternyata tadi, kemampuan daya belinya yang turun,” jelasnya. (Ahmad)