PANDEGLANG, BINGAR.ID – Setelah sukses menyelenggarakan Lokakarya Musik dan Residensi Seniman Musik Bambu Nusantara pada Juni-Juli 2024, kali ini Ekosistem Boeatan Tjibalioeng kembali menggelar lokakarya kuliner yang memanfaatkan tanaman bambu.
Melibatkan sejumlah ibu-ibu dari Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, lokakarya ini mempunyai misi untuk menghasilkan 10 varian makanan lezat dan unik dari bambu. Dipandu oleh Chef Tian Maulana, seorang pakar kuliner berpengalaman.
Baca Juga : Boeatan Tjibalioeng Gelar Lokakarya Penciptaan Musik Bambu
Para peserta diajak untuk menggali kreativitas mereka dalam menciptakan hidangan-hidangan yang lezat dan sehat dengan memanfaatkan keberagaman bahan lokal yang ramah lingkungan.
Hasilnya sepuluh masakan dari bambu itu berhasil diolah menjadi Bongko Rebung, Lodeh Rebung Tahu Putih, Pepes Rebung, Lumpia Rebung Ayam, Bumbu Urab Rebung, Rebung Bumbu Kecap, Oseng Rebung, Rebung Ayam Suir, Bakwan Rebung, dan Onigiri Rebung Ayam.
Baca Juga : Petani Sekaligus Musisi, Boeatan Tjibalioeng Rilis Lagu Semangat Agraria
Diketahui, kegiatan ini merupakan rangkaian dari tajuk “Jaga Jagat: Kembali pada Bambu” yang digagas Ekosistem Boeatan Tjibalioeng. Memanfaatkan program Dana Indonesiana dari Kemendikbud Ristek, yang bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), program ini merupakan kampanye dan upaya Ekosistem Boeatan Tjibalioeng mengajak masyarakat kembali menyadari peran, fungsi, dan nilai bambu bagi kehidupan.
“Kegiatan ini mendorong kreativitas dan inovasi ibu-ibu dalam menguasai gastronomi bambu. Lokakarya masakan bambu ini fokus utamanya yaitu pengembangan varian olahan masakan bambu,” terang Ketua Program Jaga Jagat: Kembali pada Bambu, Farid Abeng, Selasa (30/7/2024).
Baca Juga : DBMC Bertransformasi Jadi Lebih Dewasa Lewat “Dear Ballerina”
Selain memasak, para peserta juga diberi kesempatan untuk memahami nilai-nilai keberlanjutan Ekosistem Boeatan Tjibalioeng dan bagaimana penggunaan bahan lokal seperti bambu dapat mendukung upaya pelestarian lingkungan.
“Diskusi-diskusi yang berlangsung selama lokakarya menginspirasi para peserta untuk mengembangkan ide-ide baru dalam menyajikan hidangan-hidangan kreatif yang ramah lingkungan,” jelasnya.
Kegiatan lokakarya ini diharapkan dapat menjadi langkah yang signifikan dalam mendukung gaya hidup berkelanjutan di kalangan masyarakat Cibaliung, dengan mengedepankan inovasi kuliner dengan penggunaan bahan-bahan lokal yang berkelanjutan seperti bambu.
“Semangat kolaborasi dan pengetahuan yang dipertukarkan dalam lokakarya ini diharapkan dapat terus menginspirasi masyarakat untuk menjaga keberlanjutan lingkungan melalui gastronomi bambu yang lebih berkesadaran lingkungan,” tutup Farid. (Ahmad)