BINGAR.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat hal unik saat erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) pada Jumat (10/4/2020) malam.
Melalui siaran pers yang diterima Bingar.id Sabtu (11/4/2020) pagi, BMKG menjelaskan satu hal menarik hasil monitoring seismik oleh BMKG dimana pada pukul 22.59 hingga 23.00 WIB beberapa sensor seismik BMKG baik eksisting dan sensor baru yang dipasang tahun 2019 mencatat adanya event gempa di Selat Sunda dengan sangat baik.
Sensor seismik BMKG tersebut adalah (1) CGJI (Cigeulis, Banten), (2) WLJI (Wonosalam, Banten), (3) PSSM (Pematang Sawah, Lampung), (4) LLSM (Limau, Lampung), (5) KASI (Kota Agung, Lampung), (6) CSJI (Ciracap, Jawa Barat), dan (7) KLSI (Kotabumi. Lampung)
“Hasil analisis BMKG terkait gempa tersebut menujukkan telah terjadi gempa tektonik di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 episenter terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Selatan Baratdaya Gunung Anak Krakatau pada kedalaman 13 km,” ujar Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono dalam siaran persnya.
Hasil monitoring kegempaan yang dilakukan oleh BMKG tepat pada saat terjadinya erupsi yaitu pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB juga menunjukkan bahwa sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.
“Sehingga erupsi Guning Anak Krakatau kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu,” terangnya.
Lebih jauh BMKG menerangkan bahwa suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan meresahkan masyarakat Jabodetabek, bukan disebabkan oleh aktivitas gempa tektonik GAK.
“Hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Provinsi Banten. Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat,” tutup Rahmat. (Ahmad/Red).