PANDEGLANG, BINGAR.ID – Tradisi ngahuma bagi masyarakat Banten Selatan, khususnya Cibaliung merupakan warisan leluhur yang banyak melahirkan karya seni sarat kearifan lokal.
Namun sayang, belakangan tradisi itu mulai tergerus seiring dengan pergeseran pola tani yang beralih ke sistem penggilingan. Padahal dulunya, Cibaliung, Pandeglang merupakan wilayah dengan lahan huma terluas se-Provinsi Banten.
Kondisi itu menimbulkan keresahan bagi musisi muda yang besar di Cibaliung Rizal Mahfud. Pria yang menekuni musik etnik, khususnya yang terbuat dari bambu itu, dalam beberapa tahun terakhir bergulat dengan segala hal tentang huma.
Baca juga: Re-Aktivasi Bale Budaya untuk Pemajuan Kebudayaan di Pandeglang
Sampai pada akhirnya, akhir pekan ini dia menginisiasi sebuah pertunjukan seni yang berasal dari tradisi huma.
Pertunjukan berupa reka cipta sastra dan musik itu dinamainya Swara Jalawara Hawara: Suara Untuk Padi. “Swara” berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti “Suara”. Sedangkan “Jalawara Hawara” merupakan salah satu varietas padi yang ditanam dengan sistem huma atau ladang kering.
Rizal mengatakan, Swara Jalawara Hawara merupakan ruang nostalgia sekaligus refleksi tentang kisah dan suara Huma. Baginya, kisah tentang ligar Huma di Pandeglang Selatan tidak seharusnya dilupakan, meski lesung telah tergantikan oleh penggilingan padi, tapi bunyinya masih ada dan bergema.
“Hal ini tentu saja berakibat pada pewarisan tradisi huma yang semakin tidak dikenal oleh generasi muda. Kekhawatiran kami akan hal tersebut, memunculkan inisiatif untuk menghadirkan kembali ekspresi budaya yang lahir dari warisan tradisi huma,” tuturnya, Kamis (19/1/2023).
Pria yang juga dikenal sebagai pemain suling band etnik folk Beranda Rumah ini membocorkan jika pertunjukan kali ini akan menyuguhkan “sejuta” pesona tentang Huma. Dia pun bakal dibantu sejumlah seniman lintas disiplin sebagai kolaborator.
Musik yang bakal dimainkan dalam Swara Jalawara Hawara: Suara untuk Padi, akan diinterpretasikan lewat tari, pantomim, dan monolog.
Baca juga: Mengenal Abah Kalimi, Maestro Calung Renteng yang Meraih Anugerah Kebudayaan Indonesia
“Karya kami juga akan dipertemukan dengan instrumen musik etnik seperti calung renteng, angklung buhun, kecapi buhun, suling kumbang, karinding, omprang, sampai lesung yang dipadukan dengan intrumen modern piano, bass, dan drum. Nada-nada salendro khas Banten Selatan akan diharmonisasikan dengan aliran musik yang lagi hype, yakni pop-jazz, chill-out, sampai dengan bossanova,” beber dia.
Swara Jalawara Hawara: Suara Untuk Padi akan dilangsungkan pada 21 Januari 2023 di Kantor Urusan Berkarya, Boeatan Tjibalioeng, yang berada di Kampung Namprak, Desa Mendung, Kecamatan Cibaliung, Pandeglang. (Ahmad)