PANDEGLANG, BINGAR.ID – Badak Jawa yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) akan memiliki “rumah baru”. Sebab saat ini Balai TNUK bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) sedang mematangkan program Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA).
Kepala Balai TNUK Anggodo menjelaskan, program JRSCA disusun untuk memudahkan pengawasan habitat badak jawa yang hampir mengalami kepunahan. Pasalnya saat ini jumlah populasi Badak Jawa tidak lebih dari 75 individu.
Baca juga: Kelahiran Dua Anak Badak Jawa di TNUK Pandeglang dan Dukungan APBN
“Pembangunan ini untuk pengelolaan badak secara lebih dekat. Tadinya kan habitat alamnya di semenanjung, ini kita mendekatkan dalam bentuk kandang yang lebih kecil sehingga bisa lebih intensif manajemen pengelolaannya,” kata Anggodo.
Dia menjabarkan, nantinya habitat badak akan digiring dari wilayah semenanjung Ujung Kulon ke titik koordinat yang berada di dekat Gunung Honje, Pandeglang. Rencananya JRSCA akan dibangun di atas area seluas 5.100 hektare. Di sini Balai TNUK akan membangun pagar-pagar pelindung untuk bisa memantau habitat badak secara lebih dekat.
Baca juga: Kelahiran Dua Anak Badak Jawa di TNUK Pandeglang dan Dukungan APBN
Anggodo mengklaim, pembuatan kandang badak ini juga bisa menghindari habitat badak yang berisiko tinggi mengalami catat dari perkawinan sejenis. Mengingat di habitat aslinya, kawanan Badak Jawa tak bisa terus-menerus dipantau oleh para ahli peneliti selain mengandalkan teknologi kamera pengawas.
“Pengawasannya bisa lebih dekat, jadi nanti enggak semua yang dimasukan ke paddock, hanya pilihan saja minimal diambil sepasang jantan dan betina yang terbaik. Di sana mudah-mudahan bisa diawasi secara intensif baik itu di kala kawinnya supaya bisa menghasilkan badak yang berkualitas,” ungkapnya.
Baca juga: Musofa “Si Pemalu” Penghuni Ujung Kulon Sempat Menampakan Diri
Dia menilai, program ini lebih efisien dibanding wacana pemindahan habitat badak Ujung Kulon ke Cagar Alam Leuweung Suaka Margasatwa Cikepuh, Sukabumi yang wacananya pernah muncul sekitar tahun 2017 lalu.
“Lebih terarah daripada kita mencari habitat kedua karena dulu ada wacana dipindahkan ke Sukabumi, daripada enggak ada lanjutannya lebih baik ini (JRSCA) kita matangkan. Terus area ini juga lebih aman dari risiko bencana, kalau badak di semenanjung kan dia dekat sama Gunung Anak Krakatau. Paling tidak, badak lebih aman karena deket dan terlindungi oleh Gunung Honje,” pungkasnya. (Syamsul/Red)