“Asihan”

asihan/ISTIMEWA

Oleh : Aditya Putra

Bingar.id – “Dibalik misteri jampe-pamake, aji-mantra, dan lain sebagainya, yang kadangkala hal tersebut sangat irasional penjabarannya, sudah siap untuk di gurui perwatakanya. Karena kesemua itu telah tersedia, tinggal bagaimana hati-nurani dan tabiat manusianya saja, untuk menjabarkan secara bijak, menurut ketentuan khodrat maupun iradhat-Nya.”

Bagi mereka orang-orang yang sering kali tersisihkan dari persaingan, atau merasa rendah diri. Sehingga timbul keinginan-keinginan yang melebihi kemampuan akal. Dimana suatu keinginan yang didasari rasa penasaran, dendam serta keingin tahuan berlebihan.

Dalam percaturan hidup dan kehidupan duniawi, yang selalu dihadapkan pada ketentuan-ketentuan khodrat. Dianggap kurang memenuhi syarat, dari nafsu manusiawi, yang pada akhirnya, menyimpang dari iradhat-Nya. Kendatipun sudah banyak yang menyadari akan hal tersebut, namun tetap saja rasa penasaran dan keingin tahuan, akan mengoyaknya dari keyakinan. Sehingga berbuat hal, yang irasional (tak masuk akal-red).

Timbulnya keinginan-keinginan yang menyimpang dari sikap rasional dan membentuk sikap irasional, merupakan fenomena tersendiri didalam persaingan hidup. Walaupun harus memenuhi syarat, maupun permintaan-permintaan dari orang ketiga (dukun-red). Agar dapat mencapai sebuah keinginan yang diharapkannya.

Baca juga : https://bingar.id/susuk/

Aji Pangasih. Konon ilmu tersebut merupakan ilmu yang dapat memberikan pencerahan, untuk membuat orang selalu menaruh simpatik (asih). Sehingga lebih banyak mengambil pertimbangan, dari pada menentukan keputusan. Yang marah berubah baik, yang kesal terhibur. Yang terpenting, ketentuan jangan sampai dilupakan, dimana saat berakting, gunakan jampe pamake atau aji mantera.

Pembentukan kharisma yang dipancarkan oleh sipengguna aji pangasih, dikarenakan timbulnya sugesti orang lain. Sehingga dapat menjerat rasa, hilang nafsu. Ada kekuatan supranatural yang diyakini dapat membuat sugesti orang lain, secara tidak sadar terbius oleh pengaruhnya. Yang dijadikan penutup kekurangan dan kelemahan dalam setiap penampilannya. Wallahu alam bissawab.

Beragam bentuk penjabaran yang terjadi, karena keyakinan yang tertanam dalam jiwa telah mengakar membentuk obsesi. Seperti halnya seorang pejabat atau pemimpin yang jabatannya naik maupun dipindahkan ketempat basah. Secara kebetulan ataupun tidak, tetapi sudah mengikat perjanjian dengan si pemberi advis (bah dukun-red). Dengan tidak langsung, diakui keapuhan ilmu yang diberikan orang ketiga tersebut.

Konon ilmu asihan, bisa berupa wafak ataupun lafad amalan, yang selalu menjadi teman sejati dikala keluar rumah, sebagai tameng penangkal kebencian luar, maupun merongrong kharismanya. Demikianlah sosiodrama yang ada, seakan memberikan suatu fenomena yang kerap kali membentuk gambaran hidup dan kehidupan ini menjadi irasional. Menyalahi khodrat, menyimpang dari iradhatnya, membentuk kharisma dengan aji pangasih maupun asihan, telah dijadikan jalan alternatif yang sering diambil, oleh orang-orang yang kehilangan rasa percaya dirinya.

Ilmu yang ada dimuka bumi ini, semuanya berguna bagi kehidupan, bila diterangkan pada porsi yang sebenarnya, keburukan itu tergantung pada perniatan manusianya. Terutama orang-orang yang telah diperbudak oleh nafsu, untuk menghamba pada perbuatan mau benar dan menang sendiri, tanpa menghiraukan orang lain dan lingkungannya, sehingga menjadi korban karena perbuatan.

Pada hakekatnya, hal tersebut merupakan hukum dan ketentuan-Nya. Dimana ada yang kalah dan ada yang menang, ada yang untung dan ada yang rugi, ada yang naik jabatannya ada yang harus menunggu bertahun-tahun, ada yang di cintai ada pula yang mencintai, semua itu telah digariskan Sang Penentu (Allah). Juga telah menjadi sebuah fenomena yang mudah tereja penjabarannya. (*)

Berita Terkait

Berita Terbaru