PANDEGLANG, BINGAR.ID – Puluhan stup kayu berjajar di belakang rumah Riki Hendriyana, warga Kampung Babakan Kiara, Desa Panimbang Jaya, Kecamatan Panimbang, Pandeglang.
Jajaran stup berbentuk peti kayu berukuran 25×30 centimeter itu menjadi tempat Riki mendapat pundi-pundi rupiah belakang ini. Riki adalah peternak lebah madu di wilayah tersebut.
Setiap kali panen lebah madu dari 28 stup, Riki mampu mendapatkan uang paling sedikit Rp 700 ribu. Namun, jika cuaca sedang bagus, pendapatan dari budidaya madunya pun meningkat.
“Masa panennya tergantung cuaca. Kalau kemarau paling 20 hari sudah panen. Tapi kalau hujan, panennya lambat. Sekali panen paling sedikit dapat 10 botol, ya bisa dapat uang Rp 700 ribu,” kata Riki, Sabtu (12/9/2020).
Menurut Riki, permintaan madu lebah sangat tinggi, namun saat ini Riki belum bisa memenuhi kebutuhan pesanan madu tersebut. Mengingat, stup yang diamiliki hanya ada 28.
“Ini juga pesenan mah banyak tapi belum ke kejar, ada yang pesen 15 botol sama pesenan sarang madu di box,” ujarnya.
Riki menjelaskan, budidaya lebah madu memiliki tantangan dalam segi perawatan, karena jika salah merawat, lebah akan mudah stres dan meninggalkan stup.
“Kendala yang besar lebah kabur atau stres, karena lingkungan atau lebah masih muda jadi pengalaman dalam mencari madu masih kurang, itu juga salah satu penyebab lebah stress,” tambahnya.
Berawal Dari Jenuh Mengajar di Rumah
Usaha yang ditekuni guru honorer di SD Negeri Cimanis 4 di Kecamatan Sobang, beberapa bulan ini berawal ketika Covid-19 menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat.
Ketakutan itu membuat perekonomian menjadi buruk hingga aktivitas pembelajaran tatap muka di sekolah pun terpaksa dihentikan demi memutus mata rantai Covid-19.
Sejak itu Riki pun banyak menghabiskan waktu di rumah bersama istri dan kedua anaknya. Namun Riki tak melepaskan kewajibanya sebagai guru, ia tetap mengajar secara online.
Selama mengajar di rumah, lama kelamaan membuat Riki jenuh, sehingga iapun mulai iseng membuat stup untuk sarang lebah. Namun, lama kelamaan keisengannya ini, membawa berkah bagi Riki.
“Kan sudah lama di rumah terus, akhirnya cari referensi budidaya ternak lebah madu,” ungkapnya.
Tambahan Uang Saku
Sebagai seorang kepala keluarga, Riki dituntut untuk dapat terus mencari nafkah agar memenuhi kebutuhan keluarga.
Upah yang ia terima sejak menjadi guru honorer pada tahun 2004 sebesar Rp 300 ribu, tak sebanding dengan pengeluaran tiap bulannya.
Ditambah sejak pandemi Covid-19, Riki tak punya penghasilan tambahan. Hal ini membuat Riki terus memutar otak hingga terpincut budidaya ternak lebah madu.
“Alhamdulillah, ada tambahan penghasilan dari budidaya lebah madu ini buat nutup kebutuhan keluarga,” tandasnya. (David/Red)