Krisis Moneter Bawa Asep Jadi Pendobrak Sejarah Keluarga

Kepala DPUPR Pandeglang, Asep Rahmat (Foto: Syamsul/Bingar)

PANDEGLANG, BINGAR.ID – Asep Rahmat (51), kini menjadi salah seorang pejabat yang paling dikenal di Kabupaten Pandeglang. Soalnya, pria berkacamata itu kini menduduki posisi sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataaan Ruang (DPUPR).

Dinas yang dia pimpin itu merupakan salah satu instansi yang kerap menjadi perhatian masyarakat. Sebab, DPUPR menjadi lembaga yang memiliki tanggungjawab besar terhadap pembangunan infrastruktur.

Malah sebelum menduduki jabatan strategis di DPUPR, ia juga pernah diamanatkan untuk menjajal memimpin lembaga yang berkaitan dengan bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Namun ternyata, menjadi pejabat terkenal bukan lah cita-citanya. Apalagi untuk menjadi seorang abdi negara pun tidak pernah terpikirnya sebelumnya oleh Asep.

Mengingat, pria kelahiran Bandung, 25 April 1969 itu bukan terlahir dari keluarga yang dekat dengan pemerintah.

“Dulu itu sebetulnya, saya tidak bercita-cita untuk jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil, red). Karena dari lingkungan keluarga non PNS. Ayah itu kerja di perusahaan komunikasi. Dan itu dari mulai kakek juga sama,” kata Asep saat berbincang dengan Bingar, Senin (7/9/2020).

Asep ketika berbincang dengan Bingar di ruang kerjanya (Syamsul)

Semua bermula dari krisis moneter yang menimpa Indonesia tahun 1998 silam. Kala itu ia sedang bimbang dengan pekerjaannya sebagai seorang konsultan di perusahaan swasta karena kondisi keuangan negara yang sedang kacau. Tiba-tiba, seorang temannya datang membawa sebuah koran.

Di dalamnya, tercantum pengumuman mengenai pembukaan CPNS. Ia kemudian tertarik dengan iklan di media cetak itu. Lalu ia bulatkan tekad untuk mencoba peruntungan menjadi abdi negara.

“Karena moneter, (tahun) 1998 masuk ASN. Dibawa temen, pada saat itu saya lagi kerja di PT. Eka Karya,” kenangnya.

Usahanya tidak sia-sia. Tahun yang sama, Asep yang merupakan lulusan Akademik Teknik Pekerjaan Umum (ATPU) Bandung tahun 1993, dinyatakan lulus tes dan berhak menyandang sebagai ASN. Dia langsung ditempatkan di Kabupaten Pandeglang.

“Awal saya masuk itu tahun 1998 di PUPR  sampai dengan 2010 mulai dari pelaksana sampai ke Kasi itu di DPUPR. Ciptakarya 12 tahun,” bebernya.

Asep ketika diwawancarai oleh awak media di gedung DPUPR (Dok. Bingar)

Meski sebelumnya tak pernah berpikir menjadi pelayan masyarakat, namun Asep mulai kerasan ketika menjalani tugas sebagai ASN. Dia mulai merasakan kepuasan tersendiri di luar statusnya sebagai abdi negara.

Perannya itu, membawa Asep mengenal lebih jauh kehidupan masyarakat. Karena dengan profesinya sebagai ASN yang bertugas dibidang infrastruktur, sudah barang tentu ia banyak bersinggungan dengan masyarakat.

“Kalau di swasta itu yang ada pola pikir agar perusahaan itu bisa untung. Sosialnya kurang. Selama targer tercapai ya sudah . Tapi kalau di birokrasi itu, kepuasan. Selain kepuasan batin ada sosialnya ada bermasyarakatnya. Contoh membangun jalan dan jembatan, apa yang saya peroleh bisa manfaat untuk  masyarakat,” tuturnya.

Namun Asep menceritakan, pengalaman terbaiknya selama menjadi ASN adalah ketika menjabat sebagai Kepala Pelaksana BPBD. Sebab saat ia memimpin, Pandeglang diterpa bencana tsunami Selat Sunda akhir tahun 2018.

Asep saat memberi keterangan pers (Dok. Bingar)

Bukan hanya peristiwanya yang mengandung pilu, namun bagi Asep pengalaman itu tidak akan terlupakan. Sebagai lulusan teknik, dia justru mendapat kepercayaan menahkodai institusi yang bersebrangan dengan pendidikannya. Beruntung, Asep dapat melewati cobaan itu dengan baik.

“Karena saat itu Pandeglang tertimpa musibah bencana alam tsunami 2018. Hal itu banyak memberi pengalaman yang tidak bisa terbeli. Terlebih, dengan background pendidikan dari teknik,” imbuhnya.

Keberhasilan yang dicapainya saat ini, diakui tidak bisa lepas dari peran keluarga. Mereka lah yang selalu menjadi support system dalam menyelesaikan semua tugas dari negara.

“Selama ini yang selalu memberikan semangat hingga saat ini bisa menduduki jabatan sebagai Kepala DPUPR tidak lepas dari dukungan istri dan orangtua,” tutupnya dengan senyum. (Syamsul/Red)

Berita Terkait