Perjuangan Warga Miskin di Pandeglang, Mati-matian Obati Buah Hati Sampai Pinjam Duit Mesjid

Rusli saat menggendong anaknya, Viola (Foto. Fatwan/Bingar)

Bingar.id – Rusli seorang warga miskin di Kampung Cirendeu, Desa Babakan Lor, Kecamatan Cikedal, Pandeglang, Banten, tidak mampu berbuat banyak untuk dapat menyembuhkan penyakit yang diderita putrinya, Viola Pratiwi Laila (7).

Bocah kelas dua sekolah dasar itu, sudah lama mengidap penyakit kelainan jantung. Namun, pihak keluarga baru mengetahaui penyakit anaknya setahun lalu, setelah di bawa berobat ke daerah Labuan, Pandeglang.

Rusli mengaku sudah berupaya keras untuk dapat menyembuhkan Viola. Bahkan, sejak setahun terakhir tiga tempat pelayanan kesehatan sudah dia jajaki agar Viola mendapat perawatan medis.

“Pertama di rawat di Klinik Labuan (Tahun Lalu). Disana selama dua bulan Viola berobat jalan, dari situ saya mengetahui anak saya Viola mengidap kelainan jantung,” kata Rusli, Minggu (16/2/2020).

Setelah tidak ada perubahan, Viola terpaksa harus di rujuk ke RSUD berkah Pandeglang. Namun, akhirnya Viola di rujuk kembali ke Rumah Sakit Harapan Kita (Harkit) Jakarta hingga sekarang.

Perjalanan Viola untuk sampai bisa dibawa ke Jakarta bukan perkara mudah bagi Rusli yang berprofesi sebagai penjual kopi keliling di Merak, Cilegon. Bahkan untuk mendaftar sebagai peserta BPJS dan ongkos ke Jakarta, dia terpaksa harus meminjam uang Dewan Kepengurusan Mesjid (DKM) di Kampungnya.

“Saya sampai pinjam uang masjid, untuk membuat BPJS dan ongkos ke Jakarta,” ujarnya.

Meski sudah lama menjalani perawatan di Jakarta, Viola hingga kini belum dilakukan operasi jantung. Rusli menerangkan ada sejumlah alasan kenapa Viola selalu batal dilakukan operasi padahal sudah beberapa kali mendapatkan jadwal dari pihak rumah sakit.

Menurutnya, Viola saat itu tidak bisa dioperasikan karena pemulihan giginya yang membuat waktu yang cukup lama, lalu kemudian mendapatkan jadwal kembali, sayang Viola gagal mengatur pola makan hingga kekurangan kalium.

Pihak dokter hanya menyarankan Viola mengkonsumsi buah-buahan. Terbaru, Viola juga gagal di operasi, karena Rusli tak memiliki ongkos untuk membawa Viola ke Jakarta.

“Kalau di bawa pulang harus dijaga pola makan. Bagaimana saya bisa menjaga pola makan kebutuhan saja gak ke kejar, kadang saya harus jualan. Dan saya pun mendapat jadwal (lagi), tapi tak datang, tak ada ongkos,” ucapnya.

Penghasilan sebagai penjual kopi keliling yang tidak menentu, membuat Rusli harus pandai-pandai menyisihkan uang untuk melakukan perawatan. Rusli mengaku hampir putus asa dengan kondisi tersebut.

“Pendapatan tak pasti, kalau ada pendapatan saya langsung balik (rumah) kadang seminggu jualan kalau udah dapat uang baru balik. Pas ada rejeki (Viola) dibawa untuk kontrol, kalau tidak ada saya tunda. Berobat ke Pandeglang saja kita hampir-hampir enggak ada ongkos untuk mengambil obat,” katanya.

Rusli mengaku akan berusaha semaksimal mungkin supaya anaknya bisa sembuh kembali agar mendapatkan hak pendidikan yang layak sebab ia tak tega jika penyakit anaknya kambuh, sekujur tubuhnya akan membengkak. Dia berharap ada dermawan yang mau membantu meringankan bebannya.

“Belum lagi Viola harus melawan rasa sakit. Dalam beberapa hari kedepan ia berencana akan membawa kembali Viola ke Jakarta untuk menunggu jadwal operasi,” tandasnya. (Fatwan)

 

 

Berita Terkait