PANDEGLANG, BINGAR.ID – Kehidupan laki-laki berusia 68 tahun dari Kampung Tajurendong, RT 032/RW 009, Desa Bojong, Kecamatan Bojong, Pandeglang, terlihat sangat memprihatinkan. Pasalnya, ayah dengan dua orang anak ini, tinggal disebuah bangunan berukuran 4×5 meter, dengan dinding terbuat dari anyaman bambu (bilik-red), beratapkan genting yang mulai terlihat doyong, akibat termakan usia.
Lelaki berusia setengah abad lebih itu bernama Suandi, yang menjadi potret dari sekian banyak kepala keluarga kurang mampu di bumi Pandeglang, yang kehidupannya harus selalu berjibaku dengan nasib. Dia pun harus melewati hari-harinya di sebuah bangunan yang nyaris roboh, serta atap bocor diwaktu hujan, maupun sekat dinding yang tembus oleh udara dingin akibat berlubang.
“Kalau tidur enggak nyenyak, apalagi pas hujan angin. Selain atapnya bocor, udara dinginnya pun masuk semua, pak. Belum lagi kalau anginnya lagi kencang, suara kayu reyot terdengar di atap rumah, kayak mau patah,” jelas Suandi, Selasa (28/4/2020).
Baca Juga : Miris, Ratusan Ribu Warga Miskin di Pandeglang Tak Tersentuh Bantuan Pemerintah
Diakui Suandi, bahwa kondisi itu diperparah lagi dengan tidak adanya listrik di istananya (Suandi menyebut rumahnya-red) tersebut. Sehingga saat malam tiba, penerang rumahnya itu hanya dengan menggunakan lampu yang terbuat dari kaleng bekas susu dengan sumbu dan menggunakan solar sebagai pengganti minyak tanah, atau biasa disebut dengan Damar.
“Enggak ada listrik di rumah saya, mah. Kalau malam kami paling pakai lampu totok (Damar-red) yang bahan bakarnya menggunakan solar. Soalnya minyak tanah kan sudah langka, pak,” imbuhnya.
Suandi mengaku, bukan tidak ingin membenahi gubuk yang menjadi tempat istri dan kedua orang anaknya itu tinggal. Kondisi ekonomi yang hanya mengandalkan dari kerja serabutan, dikeluhkannya sangat tidak mungkin bila harus memperbaiki gubuk yang disebut istana itu oleh ayah dua anak ini.
“Untuk makan sehari-hari saja, harus menunggu orang yang mau memperkerjakan, seperti mengurus kebun tetangga, paling belah suluh (kayu bakar-red). Kalau ada singkong, saya jual buat beli beras,” keluhnya.
Baca Juga : Sobang Peduli Kemanusiaan Bangun 22 RTLH Dari Hasil Patungan
Sementara itu, Ketua PAC ANSOR Bojong Ndos Firdaus beserta rombongan saat mendatangi rumah Suandi mengaku terketuk pintu hatinya saat melihat Kakek Suandi yang sudah berusia senja terpaksa harus menikmati hidup yang tak nyaman dan kurang layak.
“Miris melihatnya, mudah-mudahan Kakek Suandi diberikan kesehatan,” kata Ndos sambil menatap Kakek Suandi.
Ndos pun berharap kepada pemerintah setempat untuk mendorong agar bapak Suandi mendapatkan bantuan. Baik bantuan berupa Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) maupun Listrik Desa (Lisdes).
“Mudah-mudahan saja pemerintah setempat mau mendorong Kakek Suandi agar mendapatkan bantuan,” harapnya. (Azis/Red)