PANDEGLANG, BINGAR.ID – Seorang nenek berusia (54) tahun, hidup sebatang kara di gubuk berukuran 4 X 4 di Kabupaten Pandeglang. Nenek itu akrab disapa Jamah.
Ia menempati rumah yang berdiri di tanah wakaf yang terletak di Kampung Kadu Hejo, RT, 013 RW, 01, Desa Sanghiangdengdek, Kecamatan Pulosari, sejak enam bulan yang lalu.
Kondisi ekomomi yang pelik sejak suaminya meninggal dunia 10 tahun lalu, membuat Jamah sering berpindah-pindah tempat tinggal. Anak semata wayang, yang tinggal di Depok sudah lama tidak pernah pulang.
Meski hidup serba kekurangan, namun Jamah selalu berjuang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dengan cara memanfaatkan sayuran jenis genjer yang tumbuh liar di pesawahan warga.
“Hasilnya saya tuker dengan beras. Kalau engga ada genjer paling saya bantu beres-beres rumah warga untuk mendapatkan makan,” kata Jamah, Kamis (23/4/2020)
Rumah mirip saung yang ditempati Jamah dari hasil iuran warga tersebut, terbagi dua ruang. Yakni tempat tidur sekaligus ruang tamu yang menyatu dengan dapur.
Namun, rumah mungil itu kini sebagian sudah tak lagi utuh lantaran dilalap si jago merah pada Rabu (22/4/20) sekitar pukul 06.00 WIB.
“Kemarin saya lagi masak di tungku. Saya tinggalkan sebentar untuk bersih-bersih menyapu halaman depan rumah, selepas beres menyapu dan masuk ke dapur, eh api sudah membakar sebagai dapur,” terangnya.
Kepala Desa Sanghiangdengdek Dadi Junardi membenarkan, jika Jamah tinggal di tanah wakaf. Rumah yang di tinggali nya pun di buatkan oleh swadaya masyarakat.
“Suami nya sudah lama meninggal dunia, dia memiliki satu orang anak yang sekarang tinggal di depok yang sudah lama tak kunjung pulang,” Ceritanya.
Adapun peristiwa kebakaran yang terjadi kemarin, Dadi mengaku, sudah melaporkan ke Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Pulosari.
“Setelah saya tau dari warga saya langsung mendatangi rumahnya yang terbakar pas saya tiba di lokasi api sudah padam. Kami pun sudah melaporkan hal tersebut kepada pihak TKSK Pulosari,” Ujarnya.
Saat di singgung soal bantuan, Kades Sanghiangdengdek mengatakan, bahwa Jamah belum pernah sama sekali tersentuh bantuan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan Jamah tidak memiliki KTP Elektronik dan tanah pribadi.
“Belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah terkait, kami pernah mengajukan bantuan dari Dinas Sosial akan tetapi kendalanya masalah KTP karena nenek jamah masih menggunakan KTP manual,” Pungkasnya. (Azis/Red)