SERANG, BINGAR.ID – Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII Banten-DKI Jakarta, Kementerian Kebudayaan, akan menghidupkan lagi peradaban kebudayaan di Sungai Cibanten, melalui Sasaka Cibanten 2025. Sasaka Cibanten menjadi ruang kolektif untuk menghubungkan ulang arus peradaban disungai yang melintasi Kabupaten dan Kota Serang tersebut.
Sungai Cibanten merupakan salah satu urat nadi sejarah Banten. Dari hulu hingga hilir, sungai ini merekam jejak panjang peradaban: dari pertanian lada yang menjadi komoditas dunia, perdagangan rempah yang menghubungkan Banten dengan jaringan global, hingga dinamika kebudayaan dari masa pra-Islam ke Islam, dari sakral ke profan, serta dari tradisional ke kontemporer.
Baca Juga : Bersama BPKH, KU Mata Saruni Lakukan Operasi Katarak Gratis
Namun, arus yang dahulu jernih kini menghadapi kenyataan lain. Pencemaran, krisis ekologi, dan keterputusan nilai sejarah membuat Sungai Cibanten kehilangan perannya sebagai cermin peradaban.
“Generasi muda semakin jauh dari riwayat sungai, dan masyarakat tercerabut dari keterhubungan yang pernah begitu kuat dengan sumber air kehidupan ini,” kata Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII, Lita Rahmiati kepada RRI, Selasa (30/9/2025).
Baca Juga ; BPK Wilayah VIII Teliti Arca Ganesha di Pulau Panaitan Sebagai ODCB
Melalui tema besar “Naritis Cai, Mapag Kabantenan”—air yang menetes, air yang mengalir, air yang menyatukan— Sasaka Cibanten tidak hanya menjadi perayaan seni dan budaya, tetapi juga sebuah ajakan untuk kembali membaca sejarah, meneguhkan kesinambungan, sekaligus merawat ekologi dan identitas kebudayaan Banten
“Sasaka Cibanten adalah wujud komitmen kita untuk merawat warisan budaya sekaligus menjawab tantangan zaman. Melalui kegiatan ini, kami berharap generasi muda tidak hanya mengenal Sungai Cibanten sebagai bagian dari sejarah, tetapi juga sebagai sumber inspirasi untuk merancang masa depan kebudayaan Banten yang berkelanjutan,” ujarnya.
Lita menjabarkan, Sasaka Cibanten bertumpu pada tiga lapis utama, yaitu Arus Sejarah, menelusuri jejak peradaban di sepanjang aliran sungai, dari masa lampau hingga kini; Arus Ekologi, merespons krisis lingkungan sebagai refleksi dari keterputusan manusia dengan sumber hidupnya; dan Arus Kreativitas, yang menghadirkan karya seni lintas disiplin sebagai medium refleksi, kritik, sekaligus imajinasi masa depan.
Baca Juga : BPK Gelar Diskusi Bahas Strategi Pembangunan Berbasis Kebudayaan di Banten
“Melalui tiga hal ini, Sasaka Cibanten menjelaskan posisi kebudayaan bukan hanya sebagai ekspresi estetis, melainkan juga ruang refleksi, tempat pertemuan, dan jalan menuju masa depan bersama,” kata dia.
Sasaka Cibanten akan berlangsung dalam tiga rangkaian di sepanjang aliran Sungai Cibanten selama bulan Oktober. Rangkaian pertama akan berlangsung di hulu Sungai Cibanten atau Titik Nol Cibanten pada 4-5 Oktober 2025, dilanjutkan di tengah Cibanten pada 11-12 Oktober yang bakal dipusatkan di di Gedung Juang, Banten Girang, Umah Kaujon, dan Jembatan Kaujon, dan terakhir di hilir Cibanten pada 25-26 Oktober yang dipusatkan di Benteng Speelwijk, Keraton Kaibon dan Vihara Avalokitesvara Banten Lama.
“Beragam program akan hadir dalam kegiatan sasaka ini, seperti pertunjukan, pameran, ngariung, workshop, walking tour, seminar, lomba dan konservasi sungai,” kata Lita. (Ahmad)