Puluhan Nelayan di Ketapang, Dambakan Pangkalan Tambat Perahu

Ketapang

Puluhan nelayan di Kampung Ketapang, Sumur. Harus saling bantu dan bahu-membahu mendorong perahunya untuk naik ke darat usai melaut, atau sebaliknya ketika hendak melaut. Adytia

PANDEGLANG, BINGAR. ID – Sejumlah nelayan yang ada di wilayah Kecamatan Sumur, khususnya yang berada di Kampung Katapang, Desa Tunggaljaya, Sumur, Pandeglang, dambakan adanya dermaga tambat perahu, atau dermaga pangkalan.

Hal ini diharapkan, agar agar perahunya bisa ditambatkan dengan aman. Pasalnya, selama ini perahu-perahu nelayan di wilayah tersebut, harus disandarkan ke darat saat nelayan tidak melaut. Sehingga pada saat perahu akan digunakan, para nelayan haru mendorong perahunya terlebih dahulu ke perairan.

Baca Juga : Nelayan di Kecamatan Sumur Minta SPBN Dekat Dermaga

“Sampai saat ini, tidak adanya pangkalan perahu, atau pangkalan tambat di perairan, untuk menambatkan perahu-perahu kami, sehingga waktu menangkap ikan di laut kami sangat terbatas, paling lama hanya sekira 3 jam. Dalam waktu tersebut, hasil tangkapan ikan juga kadang dapat, kadang tidak,” aku Ruyadinata (48), salah seorang nelayan asa Katapang, yang juga Ketua RT.03/RW.04, Senin 10 Februari 2025.

“Berangkat dari rumahnya sekira jam 03.30 WIB. Karena perahu kami ada di darat, butuh waktu setengah jam untuk mendorongnya ke laut secara bergantian. Di Katapang ini ada sekitar 30 perahu milik nelayan. Satu persatu, perahu tersebut kami dorong bersama-sama paling sedikit oleh 8-10 orang. Jika terlambat tiba di pantai, dipastikan nelayan tersebut tidak bisa melaut, karena perahunya tidak ada yang mendorong,” sambungnya.

Baca Juga : Dampak Cuaca Ekstrem, Nelayan Sukaresmi Kewalahan Melaut

Dikatakannya juga, selain berangkat melaut harus cepat, pulang dari melaut, atau pulang dari menangkap ikan pun harus cepat, agar perahu bisa dinaikan ke darat, dengan bantuan nelayan lainnya, atau tidak bisa lewat dari pukul 07.00 WIB.

“Nah, pulangnya pun, kami harus kompak. Minimal 2 jam lamanya menangkap ikan. Dapat gak dapat ikan, harus kembali, agar perahu bisa ditambatkan di darat dengan didorong secara bersama-sama lagi,” tegasnya.

Dari kondisi yang terjadi selama ini, lanjut Ruyadinata, pendapatan ikan nelayan Katapang tidak optimal.

“Kalaupun lagi dapat ikan banyak, paling 5 genceng. Kalau dijual, rata-rata 1 genceng Rp.50.000,-. Sementara biaya operasional sekali berlayar rata-rata Rp.100.000,-. Biasanya juga hasil tangkapan ikan tidak dijual semuanya, karena ada yang dibawa ke rumah untuk dikonsumsi,” katanya lagi.

Baca Juga : Usai Tebar Jaring, Nelayan Carita Hilang di Tengah Laut

Hal yang sama pun diungkapkan Nurjaya (45), yang juga nelayan yang biasa melaut dan bersandar di perairan Kampung Ketapang, Sumur, menurutnya pendapatan dari hasil menangkap ikan selalu pas-pasan.

“Kami punya keterbatasan waktu dalam menangkap ikan. Dan kondisi selama ini juga, tidak setiap hari ikan didapat,” tandasnya.

Ia pun berharap, pemerintah Kabupaten Pandeglang maupun Provinsi Banten bisa mencarikan solusi dari persoalan yang dihadapi nelayan Katapang hingga sekarang ini.

“Yang kami harapkan semacam pangkalan untuk menambatkan perahu kami di laut dengan aman. Tidak seperti sekarang, harus didaratkan ke pantai yang membutuhkan orang banyak untuk mendorongnya. Karena hanya dengan solusi tersebut, kami bisa lebih lama lagi menangkap ikan dan hasilnya pun bisa meningkat,” pungkasnya. (Adytia)

Berita Terkait