PANDEGLANG, BINGAR.ID – Menyiapkan Kampung Pamatang, Desa Mekarwangi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang sebagai salah satu destinasi wisata sejarah, Kelompok Sadar Wisata ( Pokdarwis ) Gajah Gumarang bersama Yayasan Balaputra Salakanagara membenahi lokasi seputar batu lingga, Yoni, dan bayi gajah atau biasa disebut batu Shiva Family (Keluarga Siwa) dan batu kepala gajah atau batu Gajah Gumarang.
Proses pembenahan itu diawali dengan pembersihan lokasi lantaran selama Ramadhn kemarin lokasi ini steril dari pengunjung.
Selain itu pagar bambu yang mengelilingi situs juga diperbaharui. Tak lupa jalur rute dari perkampungan menuju lokasi situs juga dibersihkan agar pengunjung lebih nyaman. Kelak, lantai situs juga akan dilapisi batu pipih agar tidak amblas serta dilengkapi saluran air agar batu artefak ini tak digenangi air.
Baca juga: Melacak Rajatapura, Ibukota Salakanagara yang Hilang
Maklum, lokasi situs berada di blok pesawahan warga yang disebut blok Cigolomprang sehingga saat hujan selalu digenangi air.
Sekadar mengingatkan, sekira Bulan Maret 2020 silam, lokasi ini ditemukan oleh Yayasan Balaputra Salakanagara (YBS). Yayasan tersebut adalah yayasan yang konsen mengumpulkan data, membuat aneka kajian, dan mencari bukti ilmiah tentang sebuah kerajaan bernama Salakanagara yang pernah berdiri selama ratusan tahun di Kabupaten Pandeglang. Bahkan kerajaaan ini diduga sebagai cikal bakal Kerajaan Sunda.
Pembina YBS Budi Prakoso bersama Ketua YBS Cakra Widiantara mengungkapkan penataan ini adalah persiapan untuk mewujudkan Kampung Pamatang sebagai lokasi tujuan sejarah dan arkeologi.
“Kami ingin penataan ini bisa membuat pengunjung semakin nyaman sehingga makin banyak yang berkunjung ke sini. Apalagi di sini kami memiliki atraksi wisata berupa artefak dari batu utuh yang diatasnya terdapat lingga dan yoni sebagai lambang Desa Shiva ( Siwa) dan istrinya Dewi Parwati ( Uma ) yang bertangkup atau berpasangan serta patung gajah kecil yang dipercaya sebagai simbol anak mereka yaitu Ganesha,” tutur Budi, Kamis (27/5/2021).
Prakoso menambahkan, selain artefak Shiva Family, di lokasi tersebut ada artefak kepala gajah Ganesha dalam ukuran besar yang biasa disebut sebagai Gajah Gumarang oleh masyarakat setempat.
Artefak Shiva Family itu, khususnya lingga dan Yoni yang bertangkup, imbuh Cakra Widiantara, sudah dikonsultasikan kepada Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia yang juga peneliti senior dari Arkeologi Nasional atau Arkenas Prof Dr Agus Aris Munandar.
Dalam konsultasi itu, Prof Agus Aris Munandar menyatakan, artefak itu tergolong langka lantaran diseluruh Indonesia hanya ditemukan di dua tempat yaitu di Gunung Penanggungan di Jawa Timur serta di Pamatang yang berada di kaki Gunung Pulosari.
“Karena artefak ini sangat berharga, kami membuat pagar sekeliling yang rapi agar artefak tak bisa disentuh tangan pengunjung untuk menghindari potensi kerusakan,” katanya.
Ia menyatakan, bahwa penataan itu tak akan mengubah letak situs namun hanya menyiapkan situs agar tidak dirusak oleh oknum tak bertanggungjawab. Oleh karena itu YBS menggunakan bahan bahan pengaman yang organik dan tersedia di lokasi seperti bambu dan batu tanpa semen atau proses pembangunan permanen lainnya.
Baca juga: Kisah Duo Haji Pejuang dan Tameng Gaib di Pamatang
Apalagi situs ini sedang berada dalam penelitian oleh Balai Arkeologi sehingga tak boleh diubah atau dipindahkan karena keberadaannya dilindungi undang undang sebagai benda insitu yang harus dibiarkan posisi serta susunannya secara alami sesuai kondisi saat ditemukan.
Atas sejumlah keunggulan artefak itu, YBS dan Pokdarwis Gajah Gumarang optimistis, Pamatang bisa menjadi lokasi wisata sejarah unggulan lantaran lingga, Yoni dan patung Ganesha masih menjadi sarana peribadatan umat agama Hindhu hingga kini. Apalagi, letak kampung ini berada di lereng Gunung Pulosari yang merupakan salah satu gunung yang dikeramatkan oleh masyarakat Sunda bahkan umat agama Hindu karena dipercaya sebagai bagian dari Gunung Kailasa tempat tinggal Keluarga Dewa Siwa. Maka sudah pasti menjadi tujuan ziarah bagi mereka.
Bahkan sudah ada sejumlah permintaan kunjungan dari saudara-saudara di Bali kepada YBS karena ingin berziarah ke lokasi pasca Ramadan. Namun belum bisa diterima karena lokasinya harus ditata lagi mengingat sejak pandemi dan disambung Ramadan pengunjung dibatasi bahkan disetop sehingga tanaman disekitar situs terlihat menutupi situs.
Sementara itu, Sekretaris Desa Mekarwangi, Yanto yang didampingi sejumlah masyarakat anggota Pokdarwis Gajah Gumarang mengatakan, ia berharap keberadaan artefak Shiva Family bisa menjadi pengungkit perekonomian warga menuju perekonomian yang sejahtera.
“Bila menjadi tujuan wisata, warga bisa menyediakan tempat bagi pengunjung yang ingin menginap dan merasakan hidup sebagai warga lokal Pamatang” katanya sambil menambahkan Pokdarwis Gajah Gumarang siap memandu pengunjung ke lokasi sskaligus menyediakan konsumsi dari bahan pangan lokal yang unik namun lezat seperti sayur asem kecemplung, nasi liwetan Sunda, serta sejumlah kue kue tradisional. (Ishana/Red)