Selama Pandemi, Minat Baca Masyarakat Indonesia Lebih Baik dari Amerika dan Jerman

The Digital Reader

Minat Baca Masyarakat Indonesia Lebih Baik dari Amerika dan Jerman. (Pixabay)

BINGAR.ID – The Digital Reader, sebuah portal internasional yang kerap mendokumentasikan revolusi digital dan kebangkitan pembaca di seluruh dunia mengeluarkan laporan berupa hasil survei mereka yang membahas soal minat baca di tengah pandemi Covid-19.

Dari hasil laporan tersebut, tidak hanya penggunaan layanan menonton film berbayar yang meningkat, namun minat membaca juga meningkat. Hal ini sejalan dengan tingginya minat masyarakat untuk menghabiskan waktu mempelajari keterampilan baru.

Dan buku menjadi salah satu fasilitas yang paling banyak dimanfaatkan mereka untuk mendalami keterampilan baru tersebut. Meski masih memperlihatkan adanya penurunan penjualan buku fisik, namun peningkatan minat baca orang di dunia mencapai 35 persen.

Baca juga: Minat Baca di Kota Serang Paling Rendah se-Indonesia

Dari seluruh genre buku, hasil survei The Digital Reader menemukan bahwa buku fiksi dengan genre romansa menjadi buku yang paling banyak dibaca.

Dari hasil survei itu, diketahui bahwa rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu 6 jam per minggu untuk membaca buku. Jumlah itu menempatkan Indonesia diperingkat ke 16 dunia.

Jumlah tersebut hanya sedikit di bawah posisi Australia yang berada di posisi 15 yang menghabiskan waktu 6 jam 18 menit per minggu untuk membaca buku.

Posisi Indonesia juga ternyata lebih unggul dari Argentina yang menghabiskan waktu 5 jam 54 menit per minggu untuk membaca buku, lalu Turki (5 jam 48 menit), Spanyol (5 jam 48 menit), Kanada (5 jam 48 menit), Jerman (5 jam 42 menit), dan Amerika Serikat (5 jam 42 menit).

Adapun posisi pertama, ditempati oleh negeri Bollywood India, yang mana masyarakatnya menghabiskan waktu untuk membaca buku sebanyak 10 jam 42 menit per minggu.

Baca juga: Inspiratif! Lima Pemuda Ciledug Bentuk Layanan Peminjamkan Buku Online

Kemudian disusul oleh Thailand yang menghabiskan rata-rata membaca buku sebanyak 9 jam 24 menit per minggu. Dan diikuti oleh China dengan rata-rata 8 jam per minggu.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, menanggapi hasil survei tersebut. Dia mengatakan bahwa minat baca tersebut dikarenakan sejumlah upaya yang dilakukan Perpusnas dan berbagai lapisan masyarakat untuk pemerataan sumber literasi.

Meskipun, diakui Syarif, bahwa ketersediaan bahan bacaan di daerah, terutama daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) Indonesia masih terbatas. Namun upaya tersebut juga sejalan dengan pengembangan Perpusnas yang kini memiliki layanan melalui aplikasi, yaitu iPusnas.

Diketahui bahwa perpustakaan nasional telah menyiapkan 52.859 judul buku digital dan 635.377 jumlah salinan pada aplikasi iPusnas. Saat pandemi dan puncak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilakukan pada April lalu, jumlah pengunduh iPusnas diketahui melonjak tiga kali lipat mencapai 42.645 kali unduhan.

Baca juga: Film Zombie Dinilai Baik untuk Mental saat Pandemi Covid-19

Data statistik Perpusnas juga memperlihatkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia juga meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017, persentase minat baca di Indonesia mencapai 36,48 persen. Persentase tersebut meningkat signifikan pada tahun 2018 yang mencapai 52,92 persen. Lalu pada tahun 2019 juga masih menunjukkan peningkatan, meski tipis, yaitu di 53,84 persen.

Dari hasil kajian terakhir tahun 2019, Provinsi DI Yogyakarta merupakan daerah dengan minat baca paling tinggi dengan nilai 63,02 persen. Sedangkan yang terendah ada di Maluku Utara dengan nilai 45,52 persen.

Lalu berkaitan dengan pilihan topik bacaan yang banyak menjadi rujukan oleh masyarakat, buku bacaan sastra menjadi topik paling favorit, diikuti oleh topi agama dan seni-olahraga. Topik sastra memperoleh nilai 58 persen, sedangkan topik agama dan seni-olahraga memperoleh nilai 29 persen. (Ahmad/Red)

Berita Terkait