JAKARTA, BINGAR.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melansir hingga akhir bulan Agustus 2020, 87 persen wilayah di Indonesia sudah mengalami musim kemarau.
BMKG bahkan menyebut potensi La-Nina terjadi di Samudera Pasifik. Sementara di Samudea Hindia, berpotensi terjadi IOD negatif.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyatakan, pemantauan BMKG hingga akhir Agustus 2020 terhadap anomali suhu muka laut pada zona ekuator di Samudera Pasifik menunjukkan adanya potensi La Nina (indeks Nino3.4 = -0.69), yang berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia pada saat musim hujan nanti.
La Nina berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di pasifik ekuator dan lebih panasnya suhu muka laut wilayah Indonesia, sehingga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan.
“Hal tersebut sejalan dengan prediksi institusi meteorologi dunia lainnya yang menyatakan ada peluang munculnya anomali iklim (La Nina),” ujar Dwikorita dalam siaran pers yang diterima Bingar, Selasa (8/9/2020).
Sementara itu di Samudra Hindia, pemantuan terhadap anomali suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD negative. IOD negatif menandai suhu muka laut di Samudra Hindia sebelah barat Sumatra lebih hangat dibandingkan suhu muka laut Samudra Hindia sebelah timur Afrika.
“Hal ini juga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi IOD negatif ini berpeluang bertahan hingga akhir tahun 2020,” terangnya.
Baik kondisi La Nina dan IOD negatif tersebut diprediksi mengakibatkan sebagian wilayah Indonesia atau 27,5% Zona Musim berpotensi mengalami musim hujan yang cenderung lebih basah daripada rerata klimatologisnya.
“Meskipun secara umum kondisi musim hujan 2020/2021 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya,” sambungnya.
“Perlunya kewaspadaan dan penyiapan secara lebih dini dan optimal untuk upaya mitigasi oleh para pemangku kepentingan dan Pemerintah Daerah yang wilayahnya diprakirakan akan mengalami musim hujan lebih maju atau lebih basah,” pesan dia. (Ahmad/Red)