5 Tip Investasi yang Tepat Saat Harga Emas Tembus Rp1 Juta

Ilustrasi Emas (Google Images)

BINGAR.ID – Pekan lalu menjadi pekan yang menggembirakan bagi investor yang memiliki portofolio emas Bagaimana tidak? Harga emas PT Aneka Tambang (Antam) tembus Rp1,02 juta per gram pada Selasa (28/7/2020) lalu dan menjadi harga emas tertinggi sepanjang masa.

Kenaikan emas Antam ini sejalan dengan terbangnya harga emas global. Pada perdagangan spot, harga emas tercatat sebesar US$1.973,71 per troy ons.

Kenaikan harga logam mulia itu, membuatnya semakin dilirik sebagai instrumen investasi. Namun, sebelum memutuskan untuk menempatkan dana Anda pada emas, sebaiknya simak sejumlah tip dari perencana keuangan berikut.

1. Jangka waktu panjang

Perencana Keuangan dari Finansial Consulting Eko Endarto mengatakan tidak ada salahnya untuk mulai investasi emas saat ini. Namun, jika ingin berinvestasi emas saat ini sebaiknya untuk tujuan jangka menengah hingga panjang.

“Kalau tujuannya untuk mendapatkan keuntungan cepat, ini bukan waktunya karena harganya sudah cukup tinggi,” ujarnya.

Sebagai gambaran, jangka waktu pendek adalah investasi di bawah satu tahun atau di bawahnya. Lalu, lebih dari satu tahun berarti jangka menengah, sedangkan di atas lima tahun adalah investasi jangka panjang.

2. Membeli bertahap

Eko menyarankan untuk membeli emas secara bertahap. Sejalan dengan itu, investor tetap harus memperhatikan pergerakan harga logam mulia. Ketika harganya turun, investor bisa kembali menambah kepemilikan emasnya.

“Sisanya, simpan dulu uangnya tunai, ketika mulai turun masukan kembali sedikit lagi secara periodik,” imbuhnya.

Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho menambahkan investor sebaiknya tidak mencicil pembelian emas melalui toko online. Jika investor memiliki modal investasi dalam jumlah besar, sebaiknya langsung membeli emas dalam ukuran gram secara tunai.

“Jumlahnya sedikit atau banyak itu bergantung dari uang menganggur yang dimiliki,” ujarnya.

3. Prediksi harga emas

Emas merupakan aset safe haven atau aman karena mempunyai tingkat risiko rendah. Sebagai aset safe haven, Eko menuturkan harga emas cenderung naik ketika terjadi ketidakpastian global.

Dalam konteks saat ini, terjadi ketidakpastian global akibat pandemi Covid-19. Tak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa memprediksi kapan virus ini akan berakhir, sehingga menimbulkan ketidakpastian.

“Kita tidak tahu emas akan naik lagi atau tidak, tapi dengan kondisi seperti ini ada kemungkinan emas akan naik lagi,” ucapnya.

Selain itu, harga emas juga berpotensi naik apabila terjadi guncangan ekonomi. Pasalnya, investor memburu aset aman untuk melindungi investasinya.

4. Diversifikasi instrumen

Dalam investasi, kita kerap mendengar kalimat jangan menaruh semua telur ke satu keranjang. Meski terdengar klise, namun Andy sangat menyarankan investor untuk melakukan diversifikasi investasi.

Tujuannya, jika terjadi penurunan pada satu instrumen maka investor masih memiliki aset lainnya.

“Coba diversifikasi, misalnya 50 persen logam mulia, 50 persen pada aset lainnya,” katanya.

5. Pilihan instrumen lain

Emas bukanlah satu-satunya instrumen investasi. Pilihan instrumen investasi ini, kata Andy disesuaikan dengan profil risiko investor.

Untuk mereka yang cenderung memilih risiko rendah atau konservatif instrumen yang disarankan menempatkan modalnya pada Surat Berharga Negara (SBN). Pasalnya, SBN memiliki underlying investasi (aset dasar) dijamin negara.

Toh, saat ini pemerintah menawarkan SBN ritel mulai Rp1 juta sehingga terjangkau.

Untuk pilihan lebih moderat atau risiko sedang, maka pilihan investasinya adalah reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap.

Kedua jenis reksa dana itu modalnya ditempatkan pada pada instrumen pasar uang seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, dan obligasi yang jatuh tempo di bawah satu tahun.

Sedangkan untuk investor dengan kecenderungan risiko tinggi, ia menyarankan penempatan dana di reksa dana saham maupun investasi langsung kepada saham. (Ahmad/Red)

Berita Terkait