Alasan Fenomena Siklon di Indonesia Dinamakan Bunga dan Buah

Siklon di Indonesia

Penamaan nama bunga pada siklon tropis di Indoensia disepakati sejak terbentuknya pusat peringatan dini siklon tropis Jakarta pada 2008. (Unsplash)

BINGAR.ID – Siklon tropis di Indonesia memiliki penamaan yang unik. Seperti 2017 ada siklon cempaka di Yogyakarta dan Dahlia di Sumatera. Atau, yang baru-baru ini terjadi di Flores bernama Seroja. Berbeda dengan di Amerika yang namanya dari manusia, seperti Jose atau Katrina.

Isitlah penyebutan peristiwa alam berupa angin kencang di lautan pun berbeda. Di Samudera Pasifik biasa disebut badai. Pasifik Utara dan Filipina biasa disebut topan. Sementara pada kawasan Samudera Hindia dan Pasifik selatan disebut siklon atau siklon tropis. Badai, topan, maupun siklon, pada intinya adalah sebutan untuk fenomena angin kencang dengan kecepatan di atas 199 km per jam.

Baca juga: Waspada, Fenomena La Nina Masih Berlangsung Hingga Mei 2021

Badai di wilayah Samudera Hindia, diantarannya diberi nama Agni, Fanoos, dan Chapala. Nama-nama itu merupakan sumbangan dari India, Pakistan, dan Bangladesh. Sedangkan di barat daya Samudra Pasifik atau Laut China Selatan bernama Wukong dari Cina, Shanshan dari Hongkong, dan Jebi dari Korea.

Penamaan nama bunga pada siklon tropis di Indoensia disepakati sejak terbentuknya pusat peringatan dini siklon tropis Jakarta pada 2008. World Meteorogical Organization (WMO) menjelaskan bahwa penamaan ini untuk membantu publik dalam mengidentifikasi kehadiran badai secara cepat. Penamaan ini juga dinilai akan membantu media memberitakkan keberadaan siklon tropis.

Baca juga: Waspadai Bibit Siklon Tropis 96s di Selatan Banten

Selain itu, seorang kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca di BMKG pernah ditanya, apa alasan khusus pemilihan nama bunga pada siklon tropis Ia mengatakan pada 2017: “Karena kita pikir bunga itu indah. Dengan tumbuhnya itu kita harapkan bukan kenestapaan tapi keindahan yang kita dapat,” katanya.

Nama siklon pertama yang berasal dari BMKG ialah Durga, tokoh wayang pada 2009 yang muncul di perairan barat daya Bengkulu. Kemudian nama-nama bunga baru muncul setelahnya. Yakni Anggrek (2010), Bakung (2014), Cempaka (2017), dan Dahlia (2017).

Aturan WMO menyebutkan, untuk badai yang punya dampak kerusakan yang parah, maka namanya akan dipensiunkan. Hal ini pernah terjadi di Katrina, Amerika Serikat dan Haiyan, Filipina.

Baca juga: Muncul Isu Gelombang Panas, Begini Penjelasan BMKG

Selain siklon yang bernama bunga, juga ada yang bernama buah. Seperti siklon mangga pada 21-24 Mei yang terjadi di perairan Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Timur, Bali, dan NTV pada 2020 lalu.

Menurut laman BMKG, melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) keberadaan siklon tropis mangga mengakibatkan pertumbuhan awan hujan. Sehingga daerah-daerah yang di sekitarnya berpotensi hujan lebat dan angin kencang. Selain itu, potensi gelombang laut juga akan lebih tinggi sehingga para nelayan dihimbau untuk waspada dan berhati-hati. (Ahmad/Red)

Berita Terkait

Berita Terbaru